First of all, jadi pecandu angkot (mengutip istilah mba Sarie) memang memiliki lebih banyak kerugian daripada keuntungan. Apalagi kalau kita harus jalan kaki naik turun angkot siang bolong dibulan puasa.
Petualangan pertama dimulai di toko Muria Jaya di Jalan Kyai Zainal Zaksa. Toko yang satu ini lumayan lengkap dan murah bahan-bahan kerajinan tangannya, jadi walaupun jaraknya ke pasar besar tempat kami (aku dan Tata) berburu kain-kain katun lumayan jauh kalau ditempuh berjalan kaki, dan terlalu deket kalo harus naik angkot, tetap saja toko ini layak dijadikan tujuan pertama.
Selesai urusan di toko Muria Jaya, kami bergerak menuju toko Damai Baru yang menjual bahan kulit imitasi. Sayangnya setelah mengubek-ubek gelondongan-gelondongan kulit imitasi berwarna warni, bahan yang kami cari ga ketemu alias out of stock. Doeeeeeng! Daripada keluar dengan tangan hampa, jadilah kami berkompromi dan membeli bahan yang warna dan teksturnya paling mendekati dengan yang kami cari.
Tujuan ketiga adalah Pasar Besar Matahari. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas lebih ketika kami sampai disana jadi kami langsung memaksimalkan waktu yang ada untuk menemukan kain2 katun cantik diantara gunungan-gunungan kain di tiap toko kain. It was the most fun part for us, actually. Jadinya lupa diri dan baru move on ke tujuan lain (yang masih lumayan banyak) setelah hampir jam 12.
Dari pasar besar kami jalan lagi mampir ke toko plastik untuk beli plastik kemasan buat La Conchita bags dan paperbags untuk acara charity besok (sayangnya paperbagsnya ga dapet yang cocok huhuhuhu). Untungnya urusan disitu ga lama, karena kami harus segera ke post ke-5, toko kain Citra untuk membeli furing kaos (karena di toko kain pasar besar ga ada satupun yang jual furing kaos pemirsa!).
Seperti biasa, kalo masuk ke toko kain ga mungkin cuma 5 menit. Akhirnya kami tergoda liat macam2 kain dan sayapun khilaf membeli 4 meter kain katun diamond untuk belajar membuat mukena sendiri buat hari raya nanti. (terima kasih kepada mba Rita Fitriati Nurlambang atas motivasi dan inspirasinya :p).
Pas giliran bayar ke kasir, ada kaca gede yang amatlah sayang untuk disia-siakan. Akhirnya kamipun iseng-iseng berfoto didepan kasir.
foto yang langsung menuai banyak kontroversi setelah dipasang sbg DP BBM *sigh*
Selesai foto langsung aja deh kita mau keluar ke Citra Renda utk beli renda-renda mukena dan pasmina, eh.. mendadak dipanggil sama mba kasir dan beberapa pembeli yang antri mau bayar. Ternyata pemirsa, kita lupa belom ambil kain sama kembaliannya loooooh! Aduh tengsiiiiin.... Gara-gara sibuk foto sampe lupa dunia #tepokjidat.
Ya udahlah ya ga usah dibahas lebih lanjut lagi, abis dari Citra Renda jalanlah kita ke daerah Kauman (kalo ga salah) untuk cari paperbags yang tadi ga didapetin di toko plastik sebelumnya. Pada titik ini si Tata udah beberapa kali menyebut-nyebut soal es teler dan gado-gado Warna Warni yang mana sangat menggoda iman di siang yang lumayan panas terik ini sodara-sodara!
Untungnya tempat tujuan kami tinggal satu saja: Superstar di Jalan Semeru untuk menge-print sticker paperbag. Jadi setelah jalan lagi sedikit buat nyetop angkot LDG, sempit-sempitan di jalan karena pas berbarengan dengan jam pulang sejolah, dan hampir kebablas ke arah jalan bromo karena sibuk sendiri didalam angkot, sampailah kami di dalam ruangan Superstar yang lumayan sejuk dan Alhamdulillah cukup sepi jadi enak buat selonjoran.
Sambil nunggu antrian (lagi-lagi Tata nunjuk-nunjuk ke air minum kemasan gratis yang disediakan disana. Damn!) kami putuskan untuk membagi hasil buruan hari ini disitu. Ga lupa fotoin sepatu baru yang sedang dipake (handmade by Kristik Cross Stitch) buat di posting di FB nanti.
Apakah petualangan kami hari ini berakhir dengan happy ending brothers and sisters? Unfortunately no, karena kami harus berjuang cari angkot yang ga penuh (ga berhasil, kami harus tetep desek-desekan diantara anak-anak sekolah dan kantong-kantong belanjaan di dalam mikrolet), oper angkot dan harus nunggu supirnya ngetem (gosh how I hate this part), dan setelah angkot akhirnya jalan, ga nyampe 500 meter jalanan sepanjang Rampal-Sawojajar macet padat merayap! Damn double damn!
Terhitung kita perjalanan dari Superstar sampe rumah memakan waktu kurang lebih 2 jam. What a day! Untungnya kami berdua bisa mempertahankan iman untuk terus berpuasa ga peduli bibir udah pecah-pecah dan lidah udah keriput kekurangan cairan. Buka puasa has never been this relieving hehehe...
sampai rumah langsung ambil timbangan....LOL
BalasHapusInteresting journey lol...next gathering should include fabric hunting and u'd be the guide...
BalasHapusseruuuu, mbak eka,, slamat ya, sukses tetep puasa,, hahaha,,,
BalasHapus