Bintik-bintik merah di pipi bayi sering dianggap sebagai iritasi yang disebabkan oleh percikan ASI. Kenyataannya, tidak semua bintik-bintik merah itu merupakan akibat dari reaksi kulit terhadap ASI. Yang terjadi pada Rafa tadinya kami kira merupakan akibat terkena lelehan air mata karena jarang sekali pipi Rafa terkena percikan ASI. Yup, saya adalah Manda yang cermat yang selalu memakaikan slaber didagu bayi setiap memberi ASI, dan tak pernah lupa langsung menyeka bekas ASI yang terpercik di pipi Rafa.
Beberapa hari terakhir Rafa terlihat semakin tidak nyaman sama bintik-bintik di pipinya. Tidur malam pun selalu "usrek" garuk-garuk muka sampe lecet di beberapa bagian.
Selidik punya selidik, ternyata bintik-bintik merah di pipi bayi bisa jadi di sebabkan oleh alergi minum ASI yang diselingi dengan susu formula. Untungnya bintik-bintik merah itu bisa dengan mudah dihilangkan dengan salep anti alergi.
Akhirnya semalam mumpung mau beli pompa asi baru, kami mampir sekalian beli salep alergi khusus untuk bayi.
Sabtu, 15 Oktober 2011
Jumat, 14 Oktober 2011
Father and Son
Panda, walaupun aku masih kecil dan belum bisa berbicara..
Walaupun aku belum bisa mengungkapkan perasaanku lewat kata..
Aku ingin Panda tau, bahwa aku sangat menyukai cara Panda memandangku..
tersenyum padaku, berbicara padaku, dan menyanyi untukku..
Walaupun Panda menyanyikan Nina Bobo dengan nada lagu Kasih ibu,
dan lagu Naik Kereta Api dengan nada lagu Ular Naga untuk menemani tidurku..
Aku bahagia menjadi anakmu, karena Panda adalah ayah terbaik di dunia..
tidak perduli walaupun Panda buta nada
Aku sayang Panda..
Walaupun aku belum bisa mengungkapkan perasaanku lewat kata..
Aku ingin Panda tau, bahwa aku sangat menyukai cara Panda memandangku..
tersenyum padaku, berbicara padaku, dan menyanyi untukku..
Walaupun Panda menyanyikan Nina Bobo dengan nada lagu Kasih ibu,
dan lagu Naik Kereta Api dengan nada lagu Ular Naga untuk menemani tidurku..
Aku bahagia menjadi anakmu, karena Panda adalah ayah terbaik di dunia..
tidak perduli walaupun Panda buta nada
Aku sayang Panda..
Kamis, 13 Oktober 2011
The Chronicles of Manual Breast Pump, Dilema Ibu Menyusui
Bu bidan yang menangani kelahiran anak kami pernah bilang, bahwa dia tidak pernah ada masalah dalam melahirkan 2 anaknya. Memberi ASI, dilain pihak, adalah masalah yang membuat dia sedikit merasa enggan mengulang lagi pengalaman melahirkan dan mengurus bayi.
Bagi ibu-ibu yang baru pertama melahirkan, bukan hanya masalah penyembuhan setelah kelahiran yang sering dikhawatirkan. ASI adalah hak bayi yang harus diberikan paling tidak selama 6 bulan selama keadaan mengijinkan, yang mana sering menimbulkan pengalaman menyakitkan diawal.
Hal yang sama terjadi pada saya. 2 bulan sebelum melahirkan, ASI sebenarnya sudah mulai keluar sedikit-sedikit. Ibu saya mengajarkan untuk melatih puting dengan cara menariknya pelan-pelan. Tadinya saya bercita-cita untuk melakukan inisiasi dini setelah melahirkan, sayangnya karena ternyata ASI belum keluar sama sekali, akhirnya Rafa diberikan susu formula selama ASI belum lancar.
Ibu, mertua dan teman-teman menyarankan menggunakan pompa ASI untuk merangsang keluarnya air susu. Sebenarnya yang paling bagus adalah dengan membiarkan si bayi mencoba menyedot sendiri air susunya, tetapi berhubung Rafa kurang sabaran kalau sedang lapar, pompa ASI jadi pilihan utama.
Pompa ASI pertama yang saya pakai adalah pompa asi manual seperti dibawah ini:
gambar diambil dari sini
Bagi ibu-ibu yang baru pertama melahirkan, bukan hanya masalah penyembuhan setelah kelahiran yang sering dikhawatirkan. ASI adalah hak bayi yang harus diberikan paling tidak selama 6 bulan selama keadaan mengijinkan, yang mana sering menimbulkan pengalaman menyakitkan diawal.
Hal yang sama terjadi pada saya. 2 bulan sebelum melahirkan, ASI sebenarnya sudah mulai keluar sedikit-sedikit. Ibu saya mengajarkan untuk melatih puting dengan cara menariknya pelan-pelan. Tadinya saya bercita-cita untuk melakukan inisiasi dini setelah melahirkan, sayangnya karena ternyata ASI belum keluar sama sekali, akhirnya Rafa diberikan susu formula selama ASI belum lancar.
Ibu, mertua dan teman-teman menyarankan menggunakan pompa ASI untuk merangsang keluarnya air susu. Sebenarnya yang paling bagus adalah dengan membiarkan si bayi mencoba menyedot sendiri air susunya, tetapi berhubung Rafa kurang sabaran kalau sedang lapar, pompa ASI jadi pilihan utama.
Pompa ASI pertama yang saya pakai adalah pompa asi manual seperti dibawah ini:
gambar diambil dari sini
Asi yang keluar masih sangat sedikit sekali, jadi pompa asi ini masih sesuai untuk merangsang kelenjar susu. Setelah ASI mulai deras, menggunakan pompa ASI model ini kurang praktis. Terutama karena setiap pompa penuh, ASI harus dituang ke botol sedikit sedikit. Akhirnya setelah beberapa kali ga sengaja menumpahkan botol ASI saat proses pemompaan, terpaksa saya ajukan proposal pembelian pompa ASI yang lebih canggih kepada Panda.
Langganan:
Postingan (Atom)